Peneliti Menentukan Usia Ideal Anak Memiliki HP dan Alasan di Baliknya!

Febi Nugraha
Febi Nugraha - content writter
4 Min Read

Peneliti Menentukan Usia Ideal Anak Memiliki HP dan Alasan di Baliknya!

Para orang tua di seluruh dunia sedang memperdebatkan waktu yang tepat untuk memberikan HP kepada anak mereka, karena semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa telepon pintar dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak-anak.

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan mental anak sering kali memburuk setelah mereka pertama kali mendapatkan telepon pintar. Studi yang diterbitkan oleh Sapien Labs pada tahun 2023 melibatkan data dari 27.969 anak muda berusia 18-24 tahun di 41 negara.

Menurut CNBC Internasional, studi tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 74% anak perempuan yang menerima telepon pintar pertama mereka pada usia 6 tahun melaporkan merasa tertekan atau mengalami kesulitan, angka ini menurun menjadi 52% bagi mereka yang mendapatkan telepon pintar pertama mereka pada usia 15 tahun. Sementara itu, 42% anak laki-laki yang menerima telepon pintar pada usia 6 tahun mengalami perasaan tertekan, dan angka ini berkurang menjadi 36% untuk mereka yang mendapatkan telepon pintar pada usia 18 tahun.

Meskipun demikian, telepon pintar telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari di era digital ini, mendorong banyak orang tua untuk memberikan perangkat tersebut kepada anak-anak mereka agar dapat memantau lokasi dan tetap berhubungan ketika anak-anak mereka berada di luar rumah.

Zach Rausch, ilmuwan peneliti di Sekolah Bisnis Stern Universitas New York dan penulis buku terlaris “The Anxious Generation” karya Jonathon Haidt, mengatakan penting untuk menunda pemberian telepon pintar kepada anak-anak praremaja.

“Kami menyarankan untuk menunda penggunaan telepon pintar di AS hingga usia sekolah menengah, sekitar 14 tahun,” kata Rausch kepada CNBC Make It dalam sebuah wawancara pada Sabtu (20/7/2024). “Kami juga merekomendasikan agar media sosial ditunda hingga usia 16 tahun. Selain itu, kami mengusulkan agar sekolah mengharamkan penggunaan telepon seluler, setidaknya dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama, dan idealnya hingga sekolah menengah atas.”

Gerakan untuk menunda pemberian telepon pintar kepada anak-anak kini mendapat perhatian global, dengan organisasi seperti Smartphone Free Childhood di Inggris dan Delay Smartphones di AS yang mengutip penelitian dan rekomendasi dari Rausch dan Haidt.

Namun, beberapa akademisi dan ilmuwan masih meragukan hubungan sebab-akibat antara penggunaan telepon pintar dan kesehatan mental yang buruk. Profesor psikologi Christopher Ferguson mengatakan bahwa kekhawatiran ini adalah bentuk terbaru dari panik moral yang sering terjadi saat teknologi baru muncul.

Momen Yang Tepat

Rausch menganggap usia 14 tahun untuk penggunaan telepon pintar dan 16 tahun untuk media sosial penting karena beberapa alasan utama.

“Di AS, kami ingin menjauhkan telepon dari sekolah menengah, karena ini adalah masa awal pubertas ketika anak-anak sangat sensitif dan tidak aman. Ini adalah periode yang sudah sulit, dan menambahkan telepon pintar hanya akan memperburuk situasi,” jelas Rausch.

Sekolah Menengah Pertama mencakup anak-anak berusia antara 11 hingga 14 tahun, yang merupakan tahun-tahun praremaja yang penuh tantangan. Rausch mencatat bahwa ini adalah periode kerentanan tertinggi selama pubertas, dengan perundungan yang sering terjadi di usia ini. Menunda penggunaan telepon pintar dapat membantu mencegah masalah tersebut.

Rausch mengakui bahwa usia yang disarankan dalam “The Anxious Generation” mungkin terasa sewenang-wenang, namun tujuannya adalah untuk menetapkan norma kolektif yang dapat disetujui dan diikuti oleh para orang tua.

“Jika kita bisa mencapai kesepakatan, akan lebih mudah untuk bertindak,” tambahnya. “Menunda hingga usia 14 tahun adalah permintaan yang wajar dan dapat membantu mengurangi penggunaan telepon pintar di usia yang lebih muda, di mana banyak anak usia 10 tahun atau bahkan 6 tahun sudah memiliki perangkat pribadi mereka sendiri,” tutup Rausch.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *